Lihat Sisi Positifnya



Kekurangan orang lain adalah ladang pahala bagi kita untuk memaafkannya, mendoakannya, memperbaikinya, dan menjaga aibnya.” ~ Abdullah Gymnastiar.

Dari perkataan bijak a.a gym (sebutan akrab beliau) tersebut kita dapat bercermin pada diri kita sendiri. Apakah kita pernah menyadari dan berpikir demikian? Semoga saja kita selalu demikian. 

Dewasa ini, bukan hal tersebut sepertinya sering terjadi. Bukan dari itu, akan tetapi kebalikannya. Iya kan? Masak sih? Iya…. Gak percaya. Lihat aja di televisi, banyak acara-acara GJ, gak jelas. Seperti, berita-berita tentang selebriti. Yang diberitakan itu, kehidupan pribadi para selebritis. Meskipun para selebritis itu juga mau, tapi terkadang wartawannya ngelunjak cari informasinya. 

Apalagi kalau ada desas-desus gitu. Jadinya bicara yang gak jelas, alias gossip. Waduh-waduh, kayak gak ada pekerjaan lain selain itu apa, khususnya yang jauh dari maksiat. Soalnya yang kayak gitu itu pasti cenderung banyak melakukan dosa. Na’udzubillahimindzalik.

Tapi, tahu gak kenapa hamper setiap stasiun televisi punya program kayak gitu? Karena, banyak yang suka. Nah, di sini masalahnya. Kalau masyarakat gak suka, gak kira ada acara kayak gituan. Pasti itu. Tapi, memang manusia, khususnya –maaf – akhwat, kebanyakan ini merupakan rutinitas kayaknya. 

Bicarain orang ngalor-ngidul, iya lho, saya sering kok mengamati. Hei, jangan berpikir aneh-aneh. Saya mengamati Cuma ingin membuktikan, iya apa nggak, gitu aja. Dan memang, ternyata iya. Meskipun ada di antara mereka yang berusaha mencegah hal tersebut, mekipun asyik, karena mereka tahu bahwa itu bukan perbuatan baik. Nah, yang itu, salut saya. 

“apabila kita menutupi (tidak membongkar) satu aib saudara kita sesama muslim di dunia, maka Allah akan menutupi satu aib kita kelak di akhirat.”

Terus bagaimana? Em.. saya kira yang pertama harus dilakukan adalah memberi tahu kepada khalayak (teman, tetangga, orang-orang dekat kita, dll) bahwa, gossip itu cenderung dosa. Tentu, dengan cara yang baik. Siap yang mau ngomong? Ya mulai dari diri kita sendiri. Siapa lagi kalau bukan kita? Emangnya, kita perintah stasiun tv gitu lalu mereka mau melakukan perintah kita? Gak kan. Jadi, seperti kata Rosul, ibda’ binafsik., mulai dari diri sendiri. 

Selanjutnya, pemberitahuan itu haruslah disambung dengan kata bijak di atas. Dengan begitu, kita tidak hanya melarang, tapi juga menunjukkan. Kita juga bisa pakai kata bijak lain, seperti hadits, al-quran, penjelasanya atau lainnya. Karena kita sebagai sesame saudara, wajiblah bagi kita mengingatkan, dan menunjukkan pada kebaikan. Amal ma’ruf nahi mungkar. Karena, jika kita melihat kemungkaran, tapi tidak mencegahnya berarti kita ikut menyetujui kemungkaran itu. 

Jadi, marilah kita saling mengingatkan, karena sedikit dari kita yang sering instropeksi diri. Dan yang sering terjadi, gajah dipelupuk mata tidak terlihat. Oleh kerena itu, tak apalah kita saling mengingatkan, tentu dengan cara yang baik. Dan juga, mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Fatabikhul khoirot. Itulah perintahNYA. 

Apalah artinya hidup kaya raya, banyak karya,  terkenal di mana-mana, tapi kita tidak patuh pada perintahNYA. Jadi, mari berbakti padaNYA dengan menjalankan perintahNYA dan menjauhi laranganNYA, dan menjadi rahmat bagi sesama dan sekitar kita. Karena misi hidup kita satu, rahmatallil’alamin. Itulah seorang muslim seharusnya, bukan untuk pribadi semata.

Comments