Memaksimalkan Angerah Ilahi

sumber : netsains.net
Dalam kehidupan ini kita sebagai manusia dianugerahi akal dengan kemampuan untuk berpikir. Selain itu, kita juga diberi nafsu. Dengan kedua hal tersebut manusia memiliki cipta, karya dan karsa. Dan dari ketiganya itu, manusia bisa menghasilkan sebuah karya, kreativitas dan budaya yang terakumulasi menjadi sebuah peradaban. Oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk ciptaanNYA yang paling sempurna.

Dari itu, manusia bisa menciptakan pesawat, televisi, kapal selam, jet, dan sebagainya. Sungguh luar biasa. Tapi di sisi lain, dengan dianugerahi hal tersebut, beberapa manusia menyalahgunakannya. Membuat kerusakan, kehancuran dan menebar mala petaka. Entah yang berilmu atau bukan.

Dari hal tersebut kita dapat bercermin, bahwasannya dalam menjalani hidup ini, tidak cukup hanya memiliki intelejensi (IQ) saja, tapi juga harus diiringi dengan yang namanya Kecerdasan Emosional (EQ). Dengan memiliki EQ, manusia bisa merasa. Dan dengan merasa tersebut dapat menimbulkan kasih sayang, simpati, dan saling menghargai. Sehingga antara manusia satu dan lainnya saling tolong-menolong, bekerjasama.

Tapi, dalam kenyataannya, hal tersebut masih belum cukup berfungsi dalam menciptakan kedamaian. Masih banyak tindak-tindakan kriminal dan kejahatan-kejahatan. Seperti halnya korupsi, pemerkosaan, pembunuhan. Hal tersebut terjadi, karena manusia terhanyut untuk menuruti hawa nafsunya. Sehingga hawa nafsu tersebut mengalahkan IQ dan EQ, yang tentu kedua hal tersebut menganggap tindak kriminal adalah salah. Bahkan, IQ dan EQ tersebut dikendalikan oleh hawa nafsu, seperti dalam pembuatan senjata (peran IQ) untuk membunuh manusia, menghasut seseorang (EQ) untuk berbuat kejahatan.

Dari hal tersebut, manusia butuh pengendali yang dapat mengendalikan kemampuan tersebut. Karena, IQ tanpa EQ, orang tersebut memang pintar, tapi dengan kepintarannya ia akan merugikan manusia lainnya hanya unutk memenuhi hawa nafsunya saja. Dengan EQ, dia lebih bisa mengendalikannya, tapi dalam momen-momen tertentu saja. Bagaimana jika keduanya di bawah kendali hawa nafsu? Dan pastinya, suatu saat ia akan merasakan kegersangan dalam jiwanya. Ia akan merasa 'ada yang kurang'.

Oleh karena itu, dibutuhkan yang namanya SQ (Spiritual Quotient). Karena sebagaimana kita ketahui, manusia diciptakan memiliki kecenderungan untuk berTuhan. Yaitu, bergantung kepada apa yang ada di luar darinya, dan ia memiliki kekuasaan lebih dari padanya. Dalam hal ini, manusia memilih beragama. Dan dengan beragama tersebut manusia lebih merasa tenang dalam menjalani hidup ini. Karena, mereka memiliki orientasi dalam melakukan setiap tindakan dalam hidup ini.

Sehingga, manusia akan menjadi tenram karena adanya. Karena, mereka mempecayai akan ada kehidupan setelah kematian. Yakni, Surga dan Neraka. Dan dalam agama tersebut, pastilah ada syari'at atau peratauran-peraturan yang mengatur manusia, agama apapun itu. Sehingga, hawa nafsu yang ada pada manusia dapat dikendalikan, dan dapat disalurkan kepada hal yang posiitif dan sesuai dengan ajaran-ajaran agama.

Dan dari hal tersebut, terciptalah kehidupan yang tentram dan damai, apabila manusia itu melaksanakan perintah-perintah pada apa yang dia yakini. Semuanya saling menghormati, saling menyayangi dan saling Tolong-menolong demi terciptanya kehidupan yang damai dan bagahia.

(M. Syaikhul Umam)

Comments